Review Pena Kampus 2020 (26 April 2020) Cara Menguatkan Karakter dan Mengemas Konflik

Semua orang tentu memiliki permasalahan, dan setiap masalah tentu selalu ada jalan keluar. Kawan-kawan konflik yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari adalah bagian terindah dalam hidup. Setiap pengalaman yang kita miliki kayaknya tidak akan pernah abadi jika kita tidak memulai untuk menuliskannya. 

Mungkin rasanya sangat hambar apabila kita bercerita tanpa ada konflik. Begitu pula dengan cerita yang kita tuliskan agar menarik dan berbobot maka, perlu kiranya konflik dalam sebuah cerita pendek, novel atau cerita lainnya yang kita tulis. Lantas bagaimana mengemas konflik dalam menulis cerita pendek? 


Baiklah, pada kesempatan ini kita akan mereview materi yang disampaikan oleh Kang Agi, terkait dengan Cara Menguatkan Karakter dan Mengemas Konflik. Untuk itu mari kita simak sama-sama berikut ini. 

Selamat sore dan selamat datang kembali teman-teman. Alhamdulillah, kita bisa melanjutkan sesi sharing kembali untuk pekan ini, ya. Semoga kita semua sehat selalu dan tetap produktif meskipun raga tetap #DiRumahAja πŸ˜‡

Pertama, terkait materi sore ini. Insya Allah kita akan membahas terkait Cara Memperkuat Karakter dan Mengemas Konflik. 

Mungkin ada teman-teman yang bertanya. Dalam membuat cerpen, mana yang lebih dulu? Karakter atau konflik? Nanti teman2 bisa simak ulasan lengkapnya di podcast ini, ya. KLIK DISINI

Tapi secara singkat, sih, salah satu intisarinya adalah karakter yang kuat akan menghadirkan konflik yang juga kuat. Dalam hal ini, karakter yang kita bicarakan terutama Protagonis dan Antagonis, ya. Perlu teman-teman ketahui bahwa Protagonis itu intinya adalah Karakter utama yang punya tujuan.

Artinya apa?

Karakter utama kita enggak harus orang baik terus. Bukankah ada karakter film yang merupakan karakter anti-hero juga?
Joker, misalnya. Sampai ada quotes "Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti". Jadi, mau karaktermu adalah mahasiswa yang pengin lulus, atau dosen killer yang menghalangi mahasiswanya buat lulus, keduanya sama2 bisa jadi protagonis.

Coba nanti tanyakan enam pertanyaan ini untuk membuat karaktermu kuat, ya. KLIK DISINI

Tips dari aku untuk membuat protagonis yang khas, bikinlah tokoh yang identik. Bisa dilihat dari profesi yang tidak biasa (ambil yang kalian ketahui atau jarang diangkat di cerita lain)
  • Ciri2 fisik yang kuat (misalnya Harry Potter, dengan luka berbentuk sambaran kilat di dahinya)
  • Ciri2 psikis yang kuat (orangnya introver, punya fobia tertentu, ada pengalaman traumatik terhadap sesuatu, dsb)
  • Nama, bisa mewakili suku dan agama. (Acep buat orang Sunda, Muhammad untuk orang Islam, dsb)
Ketika protagonis kita bertemu dengan Antagonis, nanti di sanalah baru kita bertemu dengan yang namanya Konflik.

Salah satu untuk mengemas konflik diantaranya ada dua peran yang punya satu keinginan, tapi terhalang sesuatu. 
Misalnya, ketika aktivis jatuh cinta dengan mahasiswa biasa, terus di sana ada halangan.

Apakah grup liqo atau organisasinya berusaha menghalangi mereka dengan kalimat semacam "Gak cocok Lo, gak level."

Sementara di lain sisi, si akhwat gak berani buat ngungkapin perasaan dan cuma ngerasa jadi Upik Abu dibanding aktivis tersebut, dst.

Konflik kayak gini seru kalau mau diambil dari dua sudut pandang. Cuma tantangannya, karena kita mau buat cerpen yang terbatas jumlah halaman, apakah akan cukup? Nanti bisa kalian coba kalau benar2 mau mengambil tema ini
Faktor lainnya juga bisa kalian eksplorasi sendiri, ya. Atau nanti kita bisa tanya jawab juga kalau ada yang kurang jelas. πŸ˜‡ Sekarang, aku mau komentarin dulu beberapa premis yang udah masuk, ya.

TUGAS PREMIS

1. SULE
1. Mahasiswa baru yang mencintai seniornya seorang aktivis kampus, Tetapi seniornya tidak pernah peduli tentang cinta, ia hanya peduli akan rakyat jelata.

=> Konflik beda usia tampak menarik. Cuma memang pertimbangkan eksekusinya. Kalau bisa dipadatkan halamannya, bisa jadi menarik.

2. Mahasiswa akhir yang tidak pernah selesai skripsinya karena dilema cinta

=> Konfliknya bagus. Ngangkat skripsi dan keresahan banyak mahasiswa antara lulus dulu, kerja dulu, atau nikah dulu. Di akhir harus ada sikap dari karakternya, ya.

3. Mahasiswa hedonis yang dipaksa mengejar IPK tinggi oleh orangtuanya

=> Konflik kekeluargaannya udah tercium. Menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut.

✒️✒️✒️✒️✒️

2. Mia

1. Mahasiswi baru yang dijadikan boneka oleh seniornya yang seorang Aktivis kampus.

=> Konflik of interest-nya cukup potensial, nih. Coba perdalam lagi latar belakang seniornya. Apakah dia juga korban bully sehingga kini dia nge-bully juniornya sebagai upaya balas dendam?

2. Aktivis kampus yang banyak gaya kosong isinya.

=> Konfliknya bisa diperdalam lagi, tapi hati2 jadi klise atau terlalu berceramah, ya.

3. Dosen apatis yang dibenci oleh para mahasiswa/i

=> Karakternya unik, nih. Coba perdalam dengan riset juga, ya. Khususnya terkait profesi dosen, psikologi tokohnya, dsb

✒️✒️✒️✒️✒️

Taufik

 1.mahasiswa baru yg menjadi seorang aktivis yang dijadikan umpan untuk suatu pergerakan d dalam kampus.

=> Sudut pandang korban, ya? Bagus juga ini buat mewakili keresahan orang2 untuk menghindari hal2 semacam ini.

2.Aktivis yang cuman aktif d dalam kampus tapi tidak berani berkoar d luar kampus

=> Agak satir, ya? Bisa diangkat, tapi pertajam lagi konfliknya, ya.

3.Mahasiswa terbaik yg selalu dijadikan contoh semua orang akan tetapi selalu dicaci dengan kekurangan nya.

=> Kekurangannya apa, ya? Mungkin kalau mau ngangkat semacam tipe mahasiswa kura2 vs kupu2 juga bisa.

✒️✒️✒️✒️✒️

IMEY

1. Mahasiswi baru yang kobaran semangatnya terpadamkan dilema ekonomi

=> Menarik, nih. Coba baca2 cerpen yang genrenya realis untuk menghidupkan suasananya, ya.

2. Aktivis kampus yang terjebak cinta mahasiswa biasa

=> Coba perkuat karakternya lagi, ya. Ada potensi untuk dikembangkan.

3. Jiwa teknik dan fakultas tarbiyah

=> Agak cukup meraba. Coba pertajam lagi konfliknya.

✒️✒️✒️✒️✒️

ANWAR SYAFEI

Menceritakan tentang Raihan, seorang murid yang bertipe kinestektik dan berbakat

Telah banyak prestasi ia dapat yang berhasil  mengharumkan nama sekolah karena bakat kinestetiknya

Namun di balik itu, ada beberapa hal yang tidak disukai oleh guru-gurunya di sekolah. Ya. Karena Raihan sering membuat onar di dalam kelas

πŸ‘†πŸ‘†πŸ‘† Udah jadi sinopsis, ya? πŸ˜… Buat latar sekolah, karakternya cukup khas. Tapi untuk tema kampus, konfliknya nanti bisa dikembangin lagi, ya.

✒️✒️✒️✒️✒️

Diky_Zidney

1. Seorang mahasiswa berharap cinta kepada bidadari kampus yang berujung sakit tapi tak berdarah

=> Cinta dalam hati gini menarik buat diulik, sih. Mungkin rada2 pake gaya senandika bisa jadi menarik.

2. Seorang Aktivis  mengejar halalnya cinta di persimpangan sidang munakosah

=> Antara cinta dan kelulusan, bisa ditambahin konflik sama keluarga dan calon besan juga. Potensial buat diangkat!

3. Ada lima orang mahasiswa yang menjaga persahabatannya di  organisasi dengan cara bucin

=> Dari segi karakterisasi menarik. Cuma dari segi konflik harus diulik lagi, ya. Coba dibuat sinopsisnya.

✒️✒️✒️✒️✒️

Epi

1. Tentang perjalanan hidup seseorang bisa sampai menuju kampusnya

=> Maksudnya ini perjuangan untuk berkuliah, ya? Kayak mencari beasiswa dsb-nya? Bisa dicoba, tapi perbanyak bawang (unsur dramatisnya), ya.

2. Persahabatan menjadi Rumah tangga saat cintanya bertemu pada saat 1 kelompok KKN

=> Tema KKN seru, nih. Tapi coba difokusin, ya, konfliknya. Misalnya, Cinta 40 Hari. Endingnya apakah dia memutuskan untuk memperjuangkan cinta setelah KKN, atau mengikhlaskannya?

3. Penyesalan mahasiswa karena tidak Aktif dalam perkuliahan maupun Organisasi

=> Konfliknya masih agak burem. Coba dibuat sinopsis dan dipertajam kembali. Khususnya, konsekuensi apa yang dia dapat karena gak aktif organisasi dan kuliah?

✒️✒️✒️✒️✒️

Centia Pradevi

1. Mahasiswa yang dilema karena kuliah tanpa izin orang tua, kemudian menjadi lulusan terbaik dan  membuat bangga.

=> Konfliknya agak luas, sih. Tapi bisa diambil pas moment dia baru selesai yudisium dan mau ngabarin wisudanya.

2. Dilema mahasiswa  salah jurusan, yang kemudian tetap berjalan karena sudah masuk pembiayaan.

=> Topiknya seksi, nih! Coba dikemas lagi, ya. Kembangin jadi sinopsis supaya konfliknya juga lebih kelihatan dan kerasa geregetnya.

3. Mahasiswa yang kuliah karena suka dengan situasi di mana dalam kelas penuh perdebatan, tapi saling menguatkan.

=> Belum kerasa konfliknya, sih. Tapi karakter yang suka debat ini potensial buat dikembangkan ceritanya.

✒️✒️✒️✒️✒️

Tini Rohayatini

1. Mahasiswa dengan beban tanggung jawab Rumah tangga sukses dengan IPK tinggi.

=> Kudu riset soal pasangan muda yang nikah pas masih kuliah, ya. Tapi mungkin konfliknya dikerucutkan lagi. Misalnya, gimana pengkondisian di rumah tangga mereka dan tantangannya buat bagi waktu dsb?

2. Mahasiswa dengan masalah pertemanan di kampus berakhir dengan damai diakhir semester 8.

=> Konflik persahabatan seru, sih. Tapi mungkin diulik lagi penyebab mereka berantem apa dan gimana penyelesaiannya, ya.

3. Penunggu kampus teman sejati tak terlihat.

=> Agak surealis ya karena mau ngangkat supranatural? Cukup menarik, apalagi kalau mau diulik masa lalu si penunggunya. Coba aja dikembangkan kalau mau, ya.

Oya, buat nanti pertimbangan twist dalam cerita, kalian bisa simak podcast yang ini juga, ya.

πŸ‘‡πŸ‘‡πŸ‘‡πŸ‘‡πŸ‘‡


Semoga enggak pusing, ya. 🀭 Karena emang materi hari ini cukup padet. πŸ˜† Tapi abis ini tugas teman2 langsung pilih premis dan nulis aja, sih. Jadi materinya didengarkan sambil jalan juga gpp. πŸ˜‡ 

Wahh... seneng bukan dapat tanggapan dari kang Agi mengenai gagasan kita dalam membuat Premis. Kita tunggu materi review berikutnya.

Review Pena Kampus 2020 (3 Mei 2020) Teknis Menulis Cerpen dan 101 Dosa Penulis Pemula

Kawan-kawan pernahkah kita berbuat dosa terhadap sesuatu? tentu saja sejak zaman Nabi Adam hingga nanti manusia terakhir di muka bumi ini, tidak akan luput dari perbuatan dosa. Begitu juga, dengan penulis-penulis pemula macam kita ini, banyak sekali kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa yang kita perbuat sebagai penulis. Tidak apa-apa itu wajara saja menurutku, akan tetapi ketika kita sudah tahu itu dosa alangkah lebih baiknya kita memperbaikinya. 

Emang apa saja, dosa-dosa yang diperbuat oleh penulis pemula? Nah, hal tersebut ada sangkut pautnya dengan kegiatan kita di Pena Kampus 2020. Kita akan mereview sebuah materi yang sangat menarik sakali untuk kita simak. Sementara, pemateri masa sama seperti materi sebelumnya yaitu Kang Agi Eka Arli. Seperti apa materinya, yukkk.. kita lanjutkan membacanya.



Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum w.w. semuanya πŸ˜‡
Selamat sore dan selamat bergabung kembali di pekan ketiga ;)

Kali ini topiknya sangat menarik, ya. Mungkin kita akan coba interaktif dan banyak studi kasus.
Karena itu, bagi yang ada buku fiksi (novel atau kumpulan cerpen), boleh coba disiapkan, ya.
Bebas mau indie atau mayor, nanti akan aku coba singgung sedikit setelah sesi pertama.
Jadi, kita mulai pertemuan kali ini dengan pengakuan dosa dulu aja, ya. πŸ™ˆ Dulu, waktu pertama kali aku ngebaca buku "101 Dosa Penulis Pemula", aku kayak ditampar habis-habisan sama beliau. Pas nengok karya yang aku tulis, rasanya pengin dicoret-coret, dirobek, bahkan dibakar sekalian. Saking ngerasa jeleknya karya itu.

Kupikir, mumpung kita sekarang di sini lagi sama2 belajar, semoga teman2 tidak perlu meniru kekesalanku saat itu, ya :) Mumpung belum dipublikasikan juga cerpen2nya, maka sekaranglah saatnya buat coba memoles supaya lebih baik di hadapan pembaca :) Nah, siap2, ya. Aku kasih spoiler dulu untuk dosa2 yang disebut sama Pak Isa dalam bukunya.

(Disini pemateri membagikan photo tentang daftar isi buku 101 Dosa Penulis Pemula maaf ya ngak di upload disini, tapi kalo penasaran dengan bukunya bisa membelinya di flatform toko-toko online)

Btw, Pak Isa itu adalah suami dari Asma Nadia. Beliau yang jadi editor pertama karya2 Mbak Asma sampai sekarang bisa seperti yang kita kenal. Aku saranin, sih, buat teman2 nanti belajar lebih dalam soal kepenulisan lewat buku ini, ya.Khususnya ketika selfediting, 101 poin yang ditulis beliau insya Allah udah cukup untuk membuat kita bercermin :)
Untuk sore ini, aku mau fokus bahas teknik ke beberapa bagian yang langsung bisa kita aplikasikan aja, ya. Mungkin belum mencakup semua, tapi semoga bisa sedikit mewakili. Yang pertama, ada teknik untuk menulis prosa yang disebut Show Not Tell. Show artinya menunjukkan Tell, maksudnya memberitahu

contoh sederhananya.
Tell: Kang Sule itu orang baik.

Itu adalah kalimat tell, sekadar memberitahu bahwa Sule orang baik. Namun, baik di sini adalah baik yang seperti apa?

Karakterisasi Sule yang baik itu sebetulnya masih agak ambigu. Maka dari itu, untuk menunjukkan Sule orang baik, kita bisa aja menggambarkan beberapa adegan.

Misalnya, kita tulis bahwa Sule selalu menjadi orang2 yang telah ngumpulin tugas, memberikan tenggat waktu tambahan, kasih makan buat anak kosan yang kelaparan.

Bentuk-bentuk dari hal yang dilakukan Sule itu lah yang kemudian memberika kita kesimpulan bahwa Sule itu baik. Dan di sanalah, teknik Show ini bermain :)

Kita coba renungkan bab yang ditulis oleh Pak Isa terkait hal ini, ya

Teknik show memang tidak wajib selalu kita pakai. Ada kalanya beberapa hal cukup kita tulis sebagai tell saja. Namun, untuk membuat karakterisasi yang kuat, aku sarankan teman2 memakai teknik ini, ya ;) Lalu, sehubungan dengan teknik ini, aku juga mau kasih beberapa teknik opening supaya enggak membosankan.

Kalau enggak salah, yang paling sering dipakai itu ada empat, deh.
1) Opening Quote
2) Opening Percakapan
3) Opening Adegan
4) Opening Suasana
5) Opening Perkenalan
*ngomong empat, tapi yang ditulis malah lima πŸ˜‚ Yang kelima bonus, sih. Tapi nanti kita singgung juga, ya.

1) Opening Quotes.
Jelas, sih, ya. Bisa mulai pake kutipan buatan sendiri, atau ngambil dari orang lain.

Misalnya.
"Thomas Alfa Edison berkata, 'Sukses itu 99% kerja keras dan 1% bakat." Sayang, aku tidak percaya terhadap mitos seperti itu."

Lalu tinggal dilanjutin ceritanya.
Kedua, sebetulnya kemarin udah disinggung sedikit. Yakni teknik yang digunakan oleh komunitas Antitesa: 5 Plus 1
Inti dari teknik ini adalah memberikan gambaran deskripsi dan menguatkan narasi dalam tulisan kita.
Ketika kita buat "Orang ini seram." Apakah teman-teman terbayang seramnya seperti apa?

Coba bandingkan ketika kita menambahkan beberapa kalimat pendukung.

"Orang yang baru kutemui ini seram sekali. Matanya berwarna merah menatapku dengan pandangan menusuk. Gigi taringnya menyembul dari sudut bibirnya, sedikit meneteskan liur yang membuatku jijik, sementara aroma napasnya busuk seperti mayat. Membuatku ingin segera beranjak dari tempat ini secepat mungkin."

Kalimat seram di sana aku coba padankan dengan visualisasi (indera penglihatan) berupa mata dan gigi, sementara aroma napas di sana aku coba kaitkan dengan indera penciuman. Pada dasarnya, sih, nyaris setiap narasi yang dibuat penulis pemula itu cuma fokus ke bagian visualisasi.

Makanya, tantangan bagi teman2 adalah coba nanti eksplorasi gaya2 deskripsi dari berbagai indera.

Latihan juga dengan banyak2 baca karya2 kayak Leila S. Chudori, Dee Lestari, dan teman2nya, ya. Karena narasi yang mereka buat itu selalu lengkap dan penuh teknik kepenulisan.
2) Opening Percakapan

Kebayang kah? Biasanya langsung ke obrolan atau sesuatu yang click bait.

πŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“š

"Tunggu!"

Andi berkata kepada sesosok bayangan yang selalu mengintainya setiap malam. Sudah seminggu ini dia penasaran akan sosok tersebut. Kali ini, ketika ia berhasil menemuinya, Andi memutuskan untuk tidak melepaskannya lagi.
3) Opening Adegan

Biasanya ada di cerita action atau drama. Jadi sejak kalimat pertama, kita langsung dibawa hanyut ke dalam ceritanya.

πŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“š

Lira berlari-lari tak tentu arah. Keringatnya bercucuran, napasnya tersengal, tapi ia tidak bisa berhenti. Tidak, jika ia masih ingin hidup lebih lama lagi.
4) Opening Suasana

Klasiknya, versi dulu kayak ditulis "Matahari bersinar cerah. Angin sepoi berembus, menyapaku dengan sejuknya."

Tapi kalau teman-teman mau, bisa juga dikembangkan lagi untuk menggambarkan hal-hal lainnya.

πŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“š

Jam dinding berdentang 12 kali. Para barista mulai sibuk melayani pelanggan yang mulai berdatangan menjelang jam makan siang. Kafe yang hening selama dua jam ini perlahan riuh. Namun, tidak untuk hatiku yang belum juga menemukan perempuan itu.

Sosok wanita yang mencuri perhatianku sejak pertama kali melihatnya.
5) Opening Perkenalan.

Ini tambahan yang baru kepikiran karena melihat ada beberapa cerpen dari teman2 yang nyoba pakai teknik ini. Edisi kasarnya, sih, standar perkenalan anak SD.

"Namaku Agi. Umur 27 tahun dan tinggal di Bandung. Saat ini aku tinggal bersama adikku di Dago. Kegiatan sehari-hariku mengajar, mengais rezeki, dan begitu seterusnya sampai pagi lagi."

Tapi, kalau teman2 bisa mengembangkannya, potensi teknik ini sebetulnya cukup besar.

Dengan catatan, narasinya diperkuat lagi.

πŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“š

Ardi terbangun di pagi yang kelima ribu dalam hidupnya. Ia menatap lemari bajunya yang acak-acakan. Beberapa seragam putih biru dan pramuka terecer di sana, seakan tak hendak disentuh oleh pemiliknya.

Ia bangkit dari tempat tidur tanpa merapikannya. Beranjak sejenak ke kamar mandi, mengairi wajahnya yang mulai sembab karena air matanya beranak sungai semalaman di pipinya.

Hari ini tak ada sapaan 'selamat pagi', juga tak ada lagi makanan yang tersedia di balik tudung saji. Semuanya tak sama lagi bagi hidup Ardi, sejak ibunya meninggalkan ia seorang diri.

Agak nyampur dengan opening adegan juga, sih, ya.

Tapi salah satu poin di sana pengin ngenalin karakternya yang masih kecil, baru berumur 13 tahunan, dan udah duduk di bangku SMP. Kupikir pada akhirnya tugas kita adalah terus mencoba dan mengeksplorasi berbagai teknik tersebut supaya semakin terasah. Dan untuk karya teman2 di sini, nanti insya Allah akan aku coba baca satu persatu dan kasih beberapa masukan sebelum dilanjut lagi, yaa :)

Setelah penyampaian materi tersebut, kita diminta untuk memphoto buku-buku fiksi di awal bab, sebagai contoh opening. Diskusi kita mengalir, tetapi untuk penyampaian materi kali ini cukup sampai disini dulu ya. Nanti kita lanjut ke materi terakhir. 

Review Pena Kampus 2020 (24 April 2020) Membaca itu Asyik

Mungkin kawan-kawan setuju bahwa membaca dan menulis merupakan satu kesatuan (entitas) yang tidak bisa dapat dipisahkan. Jangan, sampai kita mengaku penulis tetapi lemah sekali dalam hal membaca. Oleh karenanya, membaca merupakan sebuah wujud usaha menambah wawasan mengenai konten-konten yang akan kita tulis. 

Sadar akan pentingnya membaca harus mampu membuat kita harus memiliki skill, atau kemampuan dalam memanajemen diri dalam membaca. Mau tahu bagaimana cara menemukan momentum membaca dengan asyik. Berikut ini kita akan mereview kegiatan Pena Kampus 2020 dengan tema bagaimana membaca dengan asyik. Dengan pemateri yaitu M. Iftikar Ikhdza Labaika yang merupakan seorang mahasiswa Universitas Padjajaran dan anggota FLP Kabupaten Sukabumi. 

Mari kitas simak hal-hal yang disampaikan oleh pemateri dari WAG Pena Kampus 2020. 


Assalamualaikum Wr. Wb, halo, teman-teman. Selamat sore dan salam kenal, ya, sebelumnya. Terima kasih kepada Kang Sule sudah memberikan waktunya. 🀭🀭 Perkenalkan, saya Ikal, anggota FLP Kab. Sukabumi. Sekarang masih jadi mahasiswa di salah satu Univ di Jatinangor. Insya Allah, kali ini saya diberi kesempatan sharing soal "membaca itu asyik" dengan teman-teman sekalian.
Sebelumnya, mungkin saya tidak memberikan tips and trik secara teknis bagaimana seharusnya kita membaca. Di sini saya hanya mau sharing pengalaman kenapa saya menyukai kegiatan membaca yang sudah menemani saya bertahun-tahun lamanya.
Bagi sebagian orang, membaca barangkali jadi hal yang menyusahkan, merepotkan, buat apa sih, atau kebanyakan dari kita bisa jadi jauh dari salah satu kegiatan ini. Nyatanya, indeks soal literasi kita sekarang berada diambang kekhawatiran, menempati posisi 60 dari 61 negara yang tersurvei, dimana, rata-rata orang Indonesia mampu mengkhatamkan buku satu dalam setahun. Miris, ya? 😭😭

Nah untuk kembali mendorong semangat membaca, saya mau share pengalaman saya dulu ketika pertama kalinya "jatuh" kepada buku-buku. Saya dulu tipe orang yang ogah-ogahan buat baca. Dulu waktu SMP sempet mikir kalo hal-hal berbau matematika itu adalah hal yang paling nyenengin yang pernah saya rasain. Sampai suatu ketika saya kenal Kang Sule dan saya tau juga kalo dia itu suka bikin cerita. Little secret, Kang Sule itu dulu suka nulis seabreg-abreg di buku folio. Nah waktu itu saya sempet mikir, kok ada ya orang yang bisa nulis sebanyak itu, tanya saya heran. Tapi waktu itu saya masih bodo amat.

Cerita mulai dari sini. Saya ngebayangin waktu itu keren juga ya orang yang bisa bikin buku, termasuk Kang Sule. Saya sadar betul waktu itu, saya punya sedikit keinginan buat nulis karena pengen juga punya karya kaya Kang Sule (walau untuk diri sendiri dulu juga gapapa deh).

Seiring waktu, bukannya kalo mau nulis itu harus baca buku? Tanya saya lagi. Sumpah, waktu awal-awal saya sempet merinding kalo denger kata "membaca", karena buat saya waktu itu, ngerjain soal matematika bisa lebih menyenangkan daripada itu. Jadi buat apa baca yang lain kalo matematika sendiri aja dah rame?

Ada satu kejadian ketika saya pergi ke Bogor buat nonton, untuk pertama kalinya di tahun 2012 saya masuk ke Gramedia. Ah, kalau masuk Gramedia, saya harus beli buku!! Itu pikiran pertama yang masuk ke otak saya. Tapi buku kayak gimana sih? tanya saya lagi.

Pelajaran pertama, cari apa yang kamu sukai terlebih dahulu.
Waktu itu saya lagi suka-sukanya sama apa-apa yang berbau Jepun. Jadi wajar kalo saat itu saya nyari tongkrongan di Gramedia yang ada buku Jejepunan. Kudu, wajib pokoknya mah!! 

Buku itu pada akhirnya adalah buku pertama yang saya baca sampai tuntas. Setelah baca, ternyata banyak hal yang selama ini saya tidak ketahui. Soal semangat manusia, soal perasaan manusia, dan bagaimana caranya menjadi tetap hidup, soal pengetahuan manusia, dan soal perspektif orang-orang.

Setelah mengkhatamkan satu buku itu, saya kembali terangsang untuk membaca buku-buku yang sejenis. Entah berapa buku yang saya khatamin soal itu, akhirnya saya juga agak nosan jadi pindah haluan ke genre yang lain.

Pelajaran kedua, berangkatlah dari keingintahuan.

Saat itu karena agak jenuh dengan genre novel romance dan buku-buku non-fiksi, saya juga ingin tahu bagaimana dengan genre-genre yang lain. Waktu itu saya nemu satu buku, Dunia Sophie karya Jostein Gaarder (pasti temen-temen tahu bukunya).

Dari sini lah saya jadi maniak buku filsafat karena di dalam buku itu, banyak sekali pengetahuan yang sama sekali gak saya tahu sebelumnya. Sempet geleng-geleng, kok bisa manusia bikin yang gini.  Akhirnya karena keingintahuan saya dengan ini lagi tinggi-tingginya, saya jadi semangat membaca buku-buku sejenis. Seperti buku-buku filsafat klasik, teologi, agama, dan sejarah. Waktu SMA, semakin hari saya jadi makin suka sama genre ini karena di sini banyak mancing keingintahuan saya terdapat sesuatu. Bahkan dulu juga sempet jarang main hp karena kecanduan baca sampai-sampai dalam 2-3 bulan, saya berhasil namatin seenggknya ada lebih 15 buku. Seneng udah, ingin tau juga sudah.
Pelajaran selanjutnya yang ketiga, jangan pernah merasa cukup dengan apa yang sudah kita dapatkan hari ini #tentu dalam konotasi yang positif
Menjelang kuliah, minat saya akan baca lumayan tinggi. Selama kurang lebih 3 atau 4 tahun itu, saya suka baca karena dua landasan; motif spiritual, dimana kita sebagai manusia punya satu ruang kosong dalam batin kita masing-masing, jadi harus diisi, dan gak apa-apa juga kalau itu melow. Wajar. Lalu landasan kedua, motif intelektual,  saya membaca semata-mata hanya ingin melihat "dunia" yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya. Jadi ketika ada hal-hal baru, itu membuat saya terangsang untuk mengetahuinya.
Then, ada pepatah, semakin kita tahu, semakin kita tidak tahu. Ditambah, waktu itu kebetulan saya inget apa kata Imam Syafi'i (kalo gak salah) tentang bagaimana pahitnya menanggung kebodohan. Ia yang tak belajar ya harus kuat menanggung pahitnya kebodohan.  Jlebb... Satu ketakutan saya muncul setelah baca itu.

Tapi bukan karena itu saya maksa diri saya buat kembali baca melainkan satu perasaan, "ingin tahu dan belum cukup" tentang banyak hal. Coba pikir, sejak kita lahir, berapa banyak hal-hal yang gak kita ketahui di dunia ini? Pasti banyak. Dan coba pikir sekali lagi, setiap jam, setiap menit, dan setiap detik ketika banyak ilmu baru yang muncul, kita masih aja di tempat kita sendiri. Di langkah yang sama, gak maju, kita masih aja di posisi kita yang saat ini. Coba bayangin, sudah seberapa tertinggalnya kita? Dari orang-orang, dan dari peradaban.

Di luar sana orang udah tau banyak, orang udah bikin penemuan baru, dan kita masih aja gak bisa jawab apakah matahari itu adalah gas atau plasma?

Di sini tentu saja berlaku pelajaran ketiga, jangan pernah merasa cukup dengan apa yang kita ketahui saat ini. Karena setiap saat, banyak hal-hal baru muncul dan kita melewatkannya begitu saja. Dan ketika kita dapet hal-hal baru, sungguh, itu menyenangkan, gak bohong. Secara gak sadar, itu juga jadi modal awal buat kita melangkah ke depan.

Dan terakhir, jangan lupa cari kawan yang suka sama "membaca", karena percayalah, kalau kita punya kawan-kawan yang  suka membaca, virus-virus itu biasanya nyebar sedikit demi sedikit dan akhirnya merangsang kita buat baca dari apa yang kita dengar dari kawan kita.

Mungkin segitu aja dulu dari saya soal mengawali dari empat poin penting agar suka pada membaca.
Sebagai penutup, ada quotes dari Mbak Nana; 

"Dari ribuan buku, pasti ada satu buku yang kamu sukai. Cari buku itu! Mari, jatuh cinta."

Selanjutnya kita diskusi
Pertanyaaan
assalamualaikum nama anwar syafei dari univ. Ibnu Chaldun Jakarta
bagaimana agar lebih jatuh cinta kepada buku karena saya suka beli buku tapi baca nya jarang sungguh penghianatan terbesar bagi saya mhon solusi nya ☺️πŸ™πŸ» 

Jawaban
Waalaikumussalam, halo Kang Anwar, sebelumnya saya juga pernah kayak gitu. Beli, tapi gak dibaca 🀭🀭🀭 tapi kalo sepengalaman yang pernah saya alami sih, saya nyoba luangin waktu dan saat itu saya komitmen, "Ikal, kamu sudah beli buku ini, dan seharusnya kamu baca." Energi-energi penghancur hoream ini kadang buat saya tergerak buat ngeraih buku yang belum sempet saya baca. Tapi kalo udah baca, biasanya ketagihan lagi sih. Atau cara lain, saya coba baca buku lain yang lebih ringan, yang lebih ngena, dan ketika energi itu dah cukup kekumpul, saya balik lagi ke "dia" yang sudah saya campakkan.

Pertanyaan
Mia izin bertanya.

Kak, itu kalau masalah pembagian waktunya bagaimana? Sepengalaman saya. Kalau udah baca novel romantis (mon maaf bacaan saya emang bebau beginian) suka bablas. Lupa makan segala hal, kadang solat klau nggak diingetin orngtua ya kayakny nggak solat gitukan.

Terus, supaya minat baca saya itu bertambah ke Genre lain itu bagaimana gitu kak. Sementara bacaan saya dari dulu seputar itu, sulit banget. Soalnya apa yang saya suka itu ya halusinasi adanya di novel2 gitu kan genre romantis. Haha

Terus pesan dari kak Nana itu. Bener emang, tapi bahayanya saya itu jdi susah banget baca buku-buku yang agak serius gitu mas. Kayak buku sejarah atau buku-buku yang menunjang pendidikn yang saya tempuh. Nggak nyambung banget kan saya jurusan PAI sukanya baca novel romantis 🌚 

Jawaban
Halo Mia, salam kenal. Buat pembagian waktu, saya sih biasanya punya jadwal sendiri. Ini soal disiplin waktu biar gak kebablasan. Sesekali saya biasanya cek hp buat liat jam, atau paling enggk saya suka ngira-ngira kalo nympe bab sekian, saya bisa selesai jam berapa. Gak apa-apa sih kalo digaspol juga namatin buku seharian, tapi kita juga butuh jeda buat waktu yang lain.

Dan waktu jeda ini saya pake buat sholat, makan, mandi, dll. Disiplin waktu itu juga penting. Dan soal pindah genre, coba deh kalo romance, cari yang romance psikologi, atau romance sejarah, atau apa pun itu. (saya bahkan lagi nyoba romance-climate).

Nah di buku campuran genre kayak gitu biasanya ada beberapa bagian yang ngejurus ke hal-hal yang nantinya ke genre lain biasanya. Itu celah yang bisa masukin buat nyoba ke genre lain dengan syarat, biasanya lebih mudah kalo diawali dari suka.

Pertanyaan
Biasanya timing membaca yang paling efektif dilakuka kapan sih?

Jawaban
Menurut saya sih ini soal golden time-nya masing-masing. Gak ada rumus paling efektif. Ada yang suka baca malem, sementara yang lain pagi, atau menjelang sore. Nah ini sih gak agak sulit tuh, menemukan golden timenya sendiri. Golden time itu bisa diartikan sebagai waktu yang paling nyaman

Bagaiman kawan-kawan? sudah menemukan cara-cara untuk memulai membaca buku dengan asyik? Jadi tunggu apalagi segera baca bukumu!

Review Pena Kampus 2020 (19 April 2020) Mengeksplorasi Tema dan Membuat Premis

Salam Pena! apa kabar kawan-kawan? kali ini kita akan melanjutkan mereview materi-materi yang disajikan dalam kegiatan Pena Kampus 2020. Pada materi kedua ini, akan diisi oleh mentor kita seorang cerpenis sekaligus Pengurus Wilayah FLP Jawa Barat. Sebut saja kang Agi Eka Arli bagi kawan-kawan FLP Jawa Barat tentu sudah tidak aneh dengan tokoh yang satu ini, selain itu aktivitas beliau di dunia literasi tergolong sangat padat sekali, jadi kita sangat beruntung bisa di mentorin langsung oleh kang Agi. Bagi kawan-kawan yang mau kepoin beliau bisa follow akun instagramnya yaitu @agi_eka. 


Pada pertemuan kedua ini, materi yang disajikan adalah Mengeksplorasi Tema dan Membuat Premis. Materi ini dipilih, karena merupakan materi dasar dalam membuat karya tulis fiksi khususnya dalam membuat cerita pendek. Berikut penyampaian materi yang dilakukan melalui WAG Pena Kampus 2020. 

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum w.w. Halo, semuanya. Selamat malam dan salam kenal, ya, sebelumnya :)
Senang sekali bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan teman-teman pada malam hari ini. Perkenalkan sebelumnya, nama saya M. Ginanjar Eka Arli, tapi biasa dipanggil kang Agi. Lahir di Cianjur, besar di Lampung, dan sejak tahun 2011 berkuliah dan beraktivitas di Bandung sampai hari ini :)

Saya dengar, di grup ini akan ada proyek menulis cerpen juga, ya?
Karena itu, insya Allah pada malam hari ini kita akan sama-sama belajar seputar mengeksplorasi tema dan membuat premis dulu :). Dengan harapan, materi dasar ini ke depannya bisa teman-teman gunakan untuk menulis apa pun. Termasuk, dalam hal ini prosa berupa cerita pendek (cerpen).
Pertama-tama, saya mau cerita dulu pengalaman saya selama menjadi juri lomba menulis cerpen sejak tahun 2014. Selama enam tahun saya membaca karya yang masuk di setiap lomba, ada dua pertanyaan besar yang selalu bersarang dalam benak saya:
1) Mengapa peserta lomba menulis cerpen tidak terlalu banyak?
2) Kenapa karya yang masuk biasanya "begitu-begitu aja"?
Saya perhatikan, untuk masalah peserta yang sedikit mungkin alasannya bisa jadi karena kurangnya publikasi. Namun, untuk perihal karya yang kurang spesial, tentu saja permasalahannya ada pada si penulis itu sendiri. Coba kita renungkan sama-sama bersama semua anggota di grup ini."Apa, sih, yang membuat suatu karya spesial?"

Dari berbagai seminar yang saya ikuti, sharing dari para penulis, dan juga karya-karya yang saya baca. Setidaknya, ada satu hal yang bisa saya simpulkan, yakni "Sudut Pandang yang Spesial".
Kita ambil sedikit contoh, ya.
Misalnya, ketika teman-teman diberikan tantangan menulis cerpen dengan tema "Hijrah", kira-kira kisah apa yang akan teman-teman pilih?

Nyaris semua peserta yang saya nilai ketika diberi tema Hijrah, semua menuliskan kisah seorang perempuan yang awalnya "nakal", lalu bertemu dengan seorang "ustadzah", menerima beberapa kalimat "tausyiah", hingga keesokan harinya ia bertaubat dan langsung mengenakan jilbab panjang yang menutupi seluruh badannya.

Apakah hal tersebut spesial?
Menurut saya tidak juga. Sebab, kisah tersebut tampak terlalu dipaksakan.
Coba teman-teman bayangkan. Ketika ada orang yang bertemu dengan kita (sealim apa pun dia), memberikan tausyiah, lalu menyuruh kita bertaubat dan hijrah.
Apakah kita akan langsung menerimanya begitu saja?
Apakah keluarga kita tidak akan terkejut?
Apakah lantas lingkungan kita menurut?

Para guru lantas mengapresiasi, memberikan nilai tertinggi, lulus sekolah masuk universitas negeri, lalu menikah dan hidup bahagia selamanya?
Saya banyak menemui kasus seperti ini. Dan ada satu masalah yang terlewat di sana: "Ceritanya terlampau panjang dan kurang realistis."
Kita kembali lagi pada definisi cerpen.
Pada dasarnya, untuk kasus cerpen lomba atau sayembara tertentu, cerita pendek yang dimaksud umumnya merupakan kisah yang dituangkan dalam 3-8 halaman dan memuat konflik yang terbatas. Artinya, berikan satu masalah pada tokoh, siapkan ruang untuk dia menyelesaikannya, dan kemudian tuliskan. Untuk itulah, kemudian kita memerlukan dua hal, yakni dari segi eksplorasi tema sampai membuat premis. Mari kita bahas satu-satu.

Di luar teknik kepenulisan, salah satu yang jadi penilaian terbesar dari juri lomba menulis cerpen (sampai redaktur koran) ketika menerima naskah, yaitu sudut pandang yang diambil oleh penulisnya. Sudut pandang di sini merupakan angle masalah yang akan kita ambil. Misalnya, ketika kampus menerapkan sistem SFH di tengah pandemi seperti ini, tentu saja ada banyak pihak yang terdampak, kan?

Yang paling terlihat mungkin mahasiswa dan dosen yang terpaksa harus SFH (Study From Home).
Namun di luar itu, adalah pihak lain yang terdampak?
Sebut saja misalnya para pedagang cilok yang ada di sekeliling kampus.
Ketika mahasiswa tidak ada, bagaimana nasib mereka? Anak-anaknya? Hidup keluarga? Teman-teman bisa baca salah satu cerpen Ahmad Tohari yang dimuat di Koran Kompas. Menurut saya, cara beliau menyampaikan sudut pandang dari rakyat pinggiran sangat terwakili dalam cerpen ini. Dan detail-detailnya menjadi salah satu daya tarik utama hingga ia menjadi cerpen terbaik yang pernah dimuat Kompas di tahun 2015.

Kita tak perlu susah-susah membayangkan pemerintah yang pusing mengambil kebijakan di gedung putih sana. Cukup lihat keadaan sekeliling rumah kita yang juga bertembok putih. Bukankah ada banyak kejadian kecil yang sering luput untuk kita lihat?

Lihat ke samping. Bagaimana rasanya menjadi pohon sebagai saksi para mahasiswa yang berkumpul sambil mengerjakan tugas, tempat beristirahat tukang cuangki sebelum melanjutkan perjalanan, hingga burung2 yang hinggap dan bersarang di batang-batangnya?

Lihat agak jauh. Bagaimana rasanya jadi tukang sapu yang terganggu oleh lalu lalang mahasiswa yang tidak pernah melihat sosok kehadirannya, justru malah mengganggu pekerjaannya membersihkan lorong-lorong kampus?

Bahkan dulu ada cerita dari senior FLP yang membuat cerpen seputar percakapan pulpen dan handphone di saku seorang koruptor.

Artinya apa? Ada banyak eksplorasi ide yang sebetulnya sangat bisa kita kembangkan. Namun, kita saja yang kurang peka dan belum mau menajamkan indera untuk melihat hal-hal yang sering kali luput dari pandangan mata. Karena itu, ketika sudah menemukan sudut pandang spesial dari cerita kita, maka langkah selanjutnya yang bisa kita lakukan adalah membuat premis

Premis di sini bisa diartikan sebagai kalimat yang menggambarkan ide utama dari cerita kita.


Misalnya, apa premis Malin Kundang?

Cerita anak durhaka yang melawan orang tua dan dikutuk menjadi batu.

Apa premis Naruto?

Tentang seorang Ninja yang ingin menjadi Hokage.

Kira-kira, sudah sedikit tergambar jelas makna premis di sini? Dalam kasus lain, ada juga beberapa orang yang merumuskan premis sebagai berikut.

Premis = (Tokoh Utama) yang (Ingin Sesuatu), tapi (Terhalang Sesuatu)

Tokoh utama kita di sana adalah karakter.

Keinginannya merupakan ending.

Sementara halangan adalah konflik

Lebih lanjut, nanti teman-teman bisa dengarkan juga materi dari Kang Hendra Veejay seputar membuat premis, ya :)


Premis akan sangat berguna terutama ketika teman-teman butuh "promosi" atau ingin menawarkan cerita kalian dalam waktu singkat kepada produser atau orang baru. Dari premis yang menarik, umumnya bisa menjadi daya jual yang tinggi ketika kita ingin mengembangkannya menjadi cerpen, novel, sampai skenario film.

Selanjutnya kita Diskusi

Pertanyaan
Kang izin bertanya. Nama saya mia

Tadi kan akang bahas perihal Sesuatu yang dipaksakan dibagian menulis bertemakan hijrah.
Biasanya saya temui para Penerbit selalu mengadakan Lomba Cerpen perihal Hijrah yang Jumlah katanya dibatasi. Solusinya bagaimana ya kang? Sebab itu jelas bertolak belakang dengan yang telah akang sampaikan  

Jawaban 
Halo, Teh Mia. Salam kenal ya sebelumnya :)

Maksudku, yang terlalu dipaksakan itu adalah plot dan endingnya.

Coba bayangkan. Dalam 8 halaman, kenapa kita harus jauh2 memaksakan untuk menunjukkan karakter kita berubah, bahkan sampai menikah?

Kunci dalam cerpen itu adalah efektivitas. Kalaupun mau mengambil tema hijrah dengan konflik perempuan yang awalnya "nakal" (misalkan cheerleader, atau semacamnya) lalu mau kita buat dia hijrah, maka kita bisa aja langsung masuk ke konflik.

Timeline-nya kita bisa ambil setelah si kapten cheerleader ini bertemu dengan ustadzah. Misalkan, openingnya gini.

"Entah kenapa, kata-kata sang Ustadzah Mia terngiang-ngiang terus di kepalaku."

Aku meremas rok yang panjangnya tak sampai dengkulku dengan gemas. Dulu aku selalu bangga memakai rok ini sampai lomba cheerleaders tingkat nasional. Tapi sekarang, setelah kalimat yang baru saja kudengar, rasanya semua sudah tak lagi sama.

Oh, Tuhan. Apakah jalan yang selama ini kupilih memang salah di mata-Mu?

Dst.

Jadi, kalau kita lihat, konflik utamanya apa?

Lebih ke pergolakan batin dari sang karakter utama. Artinya, endingnya simpel aja: Apakah dia akan menerima kalimat dari sang Ustadzah, apakah dia akan berubah, atau tetap pada pendiriannya?

Dan enggak perlu dijelaskan detail pun enggak masalah. Cukup ending menggantung juga enggak masalah.

Lebih lanjut nanti kita bahas lagi di bab teknik kepenulisannya, sih.

Tapi buat premis dan sudut pandang, aku pikir pembatasan masalah itu penting.

Apakah itu seputar konflik batinnya aja, pandangan sekeliling tentang orang yang baru hijrah (bisa kita buat karakternya baru pakai hijab, dan nanti orang2 di sekitarnya kayak kaget dan bilang sok alim, dsb), atau semacamnya.

Jadi gak perlu kita buat sampai dia nikah dengan ustadz, lulus kuliah cumlaude, kerja di luar negeri, dan sebagainya. Hanya dalam beberapa paragraf di ending cerita cuma untuk menunjukkan kalau efek dia hijrah bisa membawa dia ke mana2. Udah beda topik dan konflik lagi soalnya.

Maksud aku gitu, sih ;) 

Pertanyaan
Nama : Tini Rohayatini
Salam kenal kang Agi, Izin bertanya, pengalaman saya ketika menulis di media sosial, hampir semua pembaca menyukai bahasa dan alur cerita yang mudah mereka fahami, tapi kita sebagai penulis kadang mempunyai ego, dimana dalam cerita bersambung menambah kan alur yang kadang membuat kita susah sendiri mencari cerita sambungan yang pas, nah bagaimana trik dan tipsnya untuk menjadikan cerita bersambung selalu menarik.
Hatur nuhun  

Jawaban
Halo, Teh Tini. Salam kenal juga, yaa. πŸ˜„

Untuk cerbung atau cerita bersambung, saya pikir gini, sih. Kunci utama yang membuat alur cerita kita kuat ada dua:
1) Menentukan ending terlebih dahulu
2) Menguatkan karakternya

Kalau misalkan endingnya kita udah tahu (artinya di tahap sinopsis udah selesai kita buat dari awal sampai akhir), biasanya kita akan mudah memecah suatu cerita menjadi beberapa bagian tertentu.

Tapi, kalau misalkan Teteh adalah tipe yang nulis karena mengalir, maka tips dari guru menulis saya: kuatkan karakternya.

Saat karakter cerita kita kuat, mau ada masalah apa pun, maka yang kita dengarkan bukan ego atau keinginan kita, tapi suara hati sang tokoh.

Misalnya. Kalau karakter kita adalah tipe yang rada tomboy dan gak suka digombalin. Maka ketika ada cowok se-sweet apa pun dateng, pasti respons karakter tersebut bukan tersipu malu, melainkan noyor si cowok sambil bilang, "Apa, sih?!"

Atau hal-hal semacam itu lah. Hehe

Jadi, untuk membuat potongan ceritanya menarik, bikin sebanyak mungkin supaya konflik tiap ceritanya jelas dan selipkan hal2 yang related dengan pembaca.

Kupikir dua hal itu, sih. Sisanya banyak2 baca dan ATM aja cerita yang diawali dari majalah kayak Balada si Roy dan sebagainya ;)  

Saran saya, coba deh baca bukunya Teh Ary Nilandari. Ada di wattpad dan udah terbit juga di Pastel Books. Beliau salah satu contoh penulis yang bikin cerita bersambung ngalir sesuai keinginan tokohnya. Bisa Teteh coba pelajari karakter dari setiap novel yang beliau buat ;) 

Pertanyaan
Kang izin bertanya.
Apakah setiap cerpen harus memiliki premis?

Jawaban
Hmm ... jadi gini.

Premis itu lebih kayak "kompas". Supaya cerita kita gak ngalor ngidul.

Meskipun bukan premis lengkap, dan boleh jadi redaksinya nanti bakal sedikit2 berubah selagi berjalan, tapi yang jelas kita tahu cerita ini mau ngomongin tentang apa.

Kupikir, pada dasarnya setiap cerita pasti punya premis, kok. Cuma, redaksinya bisa sedikit berbeda2. Enggak mesti sesuai rumus di atas tok. Karena ada beberapa cerita yang premisnya itu terdiri dari 2-3 kalimat, enggak cuma satu.

Jadi kesimpulanku? Setiap cerita pasti punya premis. Dan itu yang selalu kucoba angkat dari setiap resensiku, baik di IG maupun YouTube. πŸ˜‡ hehe  

Tanggapan
Siap Faham kang. Kang, gimana cara menguatkan karakter yang kita buat... kadang di pertengahan jalan suka ada yang menghambat, seperti karakter kedua yang tiba-tiba kita lebih suka untuk menjadikannya karakter pertama. Atau peran yang kita tulis ngak kuat.

Jawaban Tanggapan
Hmm ... Sebetulnya perihal karakter nanti bakal kita bahas pekan depan, sih. πŸ€­πŸ˜† Tapi gambarannya, ada hubungan dengan premis tadi. "Karakter Utama" ini adalah orang yang "Punya Tujuan"

Kuncinya di sini: Punya Tujuan.

Enggak masalah apakah dia baik atau jahat, selama dua punya tujuan berarti dia jadi karakter utama alias "protagonis". Kayak perampok. Mungkin tujuannya adalah merampok bank. Buat apa? Untuk mendapat duit biaya pengobatan anaknya.

Apakah caranya salah? Iya, di mata hukum. Tapi tujuannya "baik", lho?

Nah, kita bisa masukin banyak kritik sosial juga untuk memakai karakter anti-hero kayak gini.

Jadi, kalau karakter utama kita kurang kuat, bisa jadi tujuannya juga belum jelas. Yang imbasnya nanti ke konflik.  

Pertanyaan
Kak saya Centia, Apa setiap premis itu bisa terbaca dari kita melihat sinopsis?

Jawaban
Harusnya iya. Karena dia kayak jadi benang merah dari keseluruhan cerita :)

Makanya kalau teman2 mau masukin naskah ke penerbit, umumnya kita bisa siapin premis dan sinopsis cerita kita juga. Tujuannya buat memudahkan penerbit juga menyeleksi naskah kita. Sebab, naskah yang baik dan menarik pasti kelihatan potensinya dari premis dan sinopsis :)

Pertanyaan
Assalamualaikum, Kang Agi, perkenalkan saya Ikal. Berhubung nyambung dikit juga sama sinopsis nanti, nah apa di sinopsis (umpamanya mau ngirim ke redaksi) itu harus sedetail mungkin atau enggk? Terima kasih.

Jawaban
Waalaikumussalam, Kal. Halo, salam kenal kembali. πŸ™†‍♂️

Untuk kasus penerbit (termasuk kalau ditanya editor), sinopsis memang harus dijelaskan secara tuntas dan lugas. Enggak boleh ada yang ditutup-turupin atau dikode-kodein. Sebab, kalau penerbit enggak punya waktu membaca naskah kita, pasti seleksi pertamanya dari premis dan sinopsis aja ;)

Btw, bedakan antara sinopsis dan blurb, ya. Sinopsis itu ringkasan cerita kita dari awal sampai akhir.

Blurb itu tulisan yang ada di bagian belakang buku. Bisa cuplikan ceritanya, potongan adegan, percakapan, quotes, testimoni, dan lain sebagainya ;)

Dan buat sinopsis untuk dikirim ke penerbit, setidaknya cukup 2-3 halaman A4 aja. Insya Allah udah cukup mewakili, kok ;)

Jadi, step redaktur nilai naskah biasanya gini.
1) Baca premis dan sinopsis
2) Baca bab 1, 2
3) Baca sembarang bab di tengah dan akhir
4) Kalau menarik, baru baca lagi dari awal.

Gitu tipsnya. Makanya, nanti penting banget buat selfediting, bikin kalimat pembuka yang menyentak, dan ending yang pas buat ceritanya.

Oke, kali ini cukup sampai disini reviewnya, dan pada materi tersebut peserta diberi tugas untuk membuat sebuah premis. Wah asyik banget bukan? 

Kuliah Berkualitas dan Terjangkau di STAI Kharisma saja!


Dewasa kini, persaingan manusia di dunia semakin ketat bahkan propaganda penyesatan juga semakin marak. Pembodohan yang tidak memanusiakan manusia, menjadi sebuah ladang kejahatan intelektual yang harus di entaskan. Kita sudah sangat terlena dengan keadaan dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang kian menina bobokan. Oleh karenanya, kita perlu kesadaran masal akan pentingnya pendidikan.


Kawan-kawan, menjadi mahasiswa adalah impian semua orang khususnya bagi kalian yang baru saja keluar dari SMA. Sayang, kita selalu di benturkan dengan keadaan entah itu biaya kuliah cukup tinggi, tempat kuliah yang terlalu jauh, bahkan tidak bisa dilakukan sambil bekerja. Kendala-kendala seperti itu yang terkadang membuat kita urung untuk melanjutkan cita-cita suci. Padahal, pendidikan adalah salah satu investasi yang sangat berharga untuk masa depan kita.

Sebagai orang yang memiliki kesadaran akan pentingnya sebuah pendidikan, untuk mewujudkan menusia yang berakhlak dan mampu memiliki kompetensi semangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tidak boleh pupus. Oleh karenanya, kami menawarkan kepada adik-adik yang baru lulus sekolah atau bagi siapa pun yang ingin melanjutkan ke jenjang lebih tinggi dengan biaya kuliah yang murah dan terjangkau yaitu STAI Kharisma Cicurug pilihannya. 

STAI Kharisma Cicurug (STAIKHA) merupakan lembaga Perguruan Tinggi Agama Islam yang telah  terakreditasi BAN/PT. Selain itu, STAIKHA juga memiliki dua program studi yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan kedua program tersebut pun sudah terakreditasi oleh BAN/PT.

Kuliah di STAIKHA kawan-kawan, tidak harus meninggalkan pekerjaan apalagi di lingkungan Sukabumi Utara yang merupakan daerah industri, karena di sini kita bisa memilih kelas Reguler atau Karyawan. Adapun fasilitas perkuliahan diantaranya gedung punya sendiri dan refresentatif, aula pertemuan, perpustakaan dan dosen dari lulusan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang profesional. 

Selain itu, kawan-kawan berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa yang diberikan oleh STAI Kharisma Cicurug diantaranya beasiswa bidikmisi, beasiswa BAZNAS, beasiswa Gubernur, beasiswa Tahfidz 10-30 Juz dan beasiswa PPA Diktis.

Kawan-kawan juga dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh kawan-kawan untuk di kembangkan bersama melalui Unit Kegiatan Mahasiswa dan Unit Kegiatan Khusus. Diantaranya UKM Lembaga Dakwah Kampus (LDK), UKM Kartini Center (KC), UKM Paduan Suara, UKK Koperasi Mahasiswa (KOPMA), dan UKK Pramuka Racana Syekh Syarif Hidayatullah-Syarifah Mudaim (SYAHIDA MUDA).


Jadi, tunggu apalagi? segera daftarkan diri kamu sekarang dengan mengisi formulir online disini 

Adapun persyaratan administrasi yang harus disiapkan, 
1. Photo Copy Ijazah (yang telah dilegalisir) atau Surat Kelulus
2. Pas photo 2 x 3 dan 4 x 6 masing-masing 2 lembar
3. Photo Copy KTP
4. Photo Copy KK
5. Photo Copy Akta Lahir 
6. Membayar biaya administrasi sebesar Rp. 250.000,00

INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI 
1. 0815-4634-011 (Saeful Bahri, MM.)
2. 0858-1769-6886 (Abdullah, S.Pd.I)
3. 0856-5943-3958 (Dian Aulia Rahman, S.Pd.I)

Alamat Kampus. Jl. Siliwangi KM. 39 Ciutara, Cicurug Kab. Sukabumi. 

Review Pena Kampus 2020 (15 April 2020) Menulis Sebuah Kebutuhan

Hallo kawan-kawan, sudah lama nih admin tidak posting di blog DEMA STAIKHA. Baiklah pada postingan kita akan mereview salah satu kegiatan Pena Kampus 2020 yang dilaksanakan pada bulan April-Mei 2020 via daring. Kegiatan ini merupakan kegiatan pelatihan menulis cerpen bagi mahasiswa STAI Kharisma sekaligus memanfaatkan keadaan dalam masa pandemic covid-19. 

Kegiatan ini diikuti oleh 31 mahasiswa, sayangnya di tengah perjalanan tidak semua peserta dapat mengikuti kegiatan dengan baik. Sehingga tersisa 9 mahasiswa yang dapat menuntaskan kegiatan hingga selesai. 

Baiklah, kita akan memulai mereview materi pertama yang disampaikan langsung oleh ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Kabupaten Sukabumi yaitu Kak Sri Wahyuni dengan materi Menulis Sebuah Kebutuhan. Berikut ulasan materi yang disampaikannya. 

Bismilahirahmanirahim.
Assalamualaikum wr.wb
Salam pena, semoga semuanya sehat. Mohon maaf kali ini teman2 dan saya akan shareing barang ya, Kita sama2 diskusi membahas seputar menulis itu adalah kebutuhan. Kebutuhan itu tentunya adalah sesuatu yang penting.
Menulis itu membuat tulisan, apa yang ada dalam pikiran kita bisa menulis di kertas, buku, blog atau apapun medianya. Bahkan saat kita membuat status di facebook atau twitter, itupun juga bisa disebut menulis.
Menurut Pranoto (2004; 9) menulis berarti menuangkan buah pikiran kedalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan
Kenapa Menulis?
Memotivasi
Memberi Informasi
Memberi Inspirasi
Meningkatkan Imajenasi
Menuangkan isi fikiran
Bagaimana kita bisa menemukan inspirasi dalam menulia?

Melalu membaca kita akan banyak mengetahui gaya2 para penulis dalam menulis buku.
Gimana caranya supaya suka membaca?
Cari Buku sesuai passionmu, baca dan pahami benar.
Menurut, Trinty ( Seorang Penulis ) dengan membaca kita akan paham dengan diksi, Kejadian2 luar biasa diluaran sana, bahkan bisa jadi refrensi utk tulisan2 kita.

Selain membaca, kamu harus rajin2 menuangkan idemu dan diskusikan dengan orang yang ahli dalam bidangnya. Next, sering2 ikut pelatihab menulis dan acara kepenulisan lainnya.
Ketika kamu sudah membaca, mengikuti pelatihan dan sering diskusi dengan teman2 yg ahli, kamu pasti punya rasa gereget utk menulis. Bisa jadi setiap hal atau informasi yang kamu miliki atau pengalaman yg kamu miliki akan kamu tulis sendiri, hal ini akan menyebabkan menulis menjadi kebutuhanmu. Karna orang yang sudah terbiasa menuangkan ide atau pengalamannya dalam sebuah cerita dia akan menganggap bahwa setiap hal yg ia dapatkan harus di tuliskan

Selanjutnya Diskusi

Pertanyaan
Bismillah..
Kak nama saya Nopiyanti. izin bertanya.
Sebagaimana yg kk tadi sampaikan bahwa agar kita suka membaca itu salah satunya ialah dengan mencari buku yang sesuai passion.  Pertanyaannya Bagaimanakah cara mengetahui bahwa buku tersebut itu sesuai dengan pasion kita sebagai pemula dalam menulis ?πŸ™πŸ»πŸ€­ syukron

Jawaban 
Lirik dlu judulnya atau resensinya, Teh. Mungkin dri situ bisa kepengen baca buku

Pertanyaan
Bismillahirrohmanirrohim..
Perkenalkan nama saya ade shalahudin..

Selamat malam kak.
Sedikit izin bertanya kak. mengenai materi yang sudah disampaikan..
Kan tadi kaka menyampaikan bahwa melalui membaca kita akan mendapatkan inspirasi untuk menulis. Kadang kala gitu ka, ada orang yang jarang membaca tapi dia jago dalam menulis.. pkoknya kurang lebih gituu.🀭 Mereka lebihh condong berimajinasi dan menghayati dgn keadaan sekitarnya. Sampe apa yang mereka tulis terasa nyaman saat kita baca.

Lalu apakah menulis itu bakat yang sudah ada dalam diri atau bisa diasah?
Mohon pencerahan nya ka.
Jawaban
Kategori menulis versi saya: Bakat karena sering terlatih berkali2, mencoba terus menerus meskipun di kritik, bahkan banyak kok yg keluarganya bukan penulis jadi penulis berarti bakat yg terasah ya...

Jangan lupa sering membaca dan memahaminya.
Pertanyaan 
Nama :ai latifah
Kemudian pertanyaan:
Teh mau tanya, kalo menulis itu perlu gak memperhatikan topik yg lagi ngetren atau lagi diminati orang2? Atau tulis sesuai rasa dan pikiran penulis saja?
Jawaban 
Ya. Sebenernya kalau kita nulis di koran harus yang lagi ngetren
Ya. Kalau menulis tentang pribadi masuk ke jenis novel atau cerpen
Tanggapan 
Oh iya teh.. bener juga sih soalnya saya sukanya bikin semacam alur saja tanpa memikirkan disukai orang atau tidak.. intinya novel gitu kali ya..terus  kalo buku itu gak ada yg milter ya? Maksudnya ketika seseorang menulis karya sebelum dicetak apakah ada tahap pengecekan isi apakah ada kalimat atau gagasan yang kurang sopan atau tidak sesuai dengan kode etik dll atau tidak ada.
Pertanyaan
Kak saya Centia Pradevi, izin bertanya..
Gimana caranya biar mood selalu bagus untuk menulis sama baca  Kadang saya suka mendadak hilang inspirasi, kehilangan kata-kata. Awalnya saya niat banget ikut event menulis terus jadi males gitu tiba-tiba. Itu gimana ya kak biar balikin mood nya?
Makasih kak...
Jawaban 
Ya. Untuk ngembaliin semangat, harus punya temen yg sering nulis, biar makin semangat dalam menulisnya...Kadang setiap orang punya semangat beda2, klu bisa selagi jdi mahasiswa puas2in jadi penulis biar fokus, malasnya di lawan. Kadang klu udah punya kegiatan atau profesi harus benar meluangkan waktu secara konsisten kalau ga yang ada ga pernah nulis.

Pertanyaan
Nama : Mia
Pertanyaan : Dalam era yang lebih dikenal dengan #indonesiaemas #generasimilenial dan masih banyak lagi, dunia literasi kini mulai kembali dijadikan bahan perbincangan Publik, salah satunya dengan hadirnya sosok pemudi Sherly, Fathur dan masih bnyak lagi tokoh2 milenial lain untuk mengajak #Membaca dan #Menulis.
Hingga, pada fase sekarang saya memperhatikan banyak Milenial yang mulai membaca. Namun hanya mau membaca kisah-kisah Romantis (ini bukan masalah) yang jadi persoalan saya. Apakah dengan Bacaan yang mereka Baca akan menghasilkan Sesuatu yang mampu bermanfa'at bagi Manusia? Juga tentang bagaimana tanggapan Kakak sendiri mengenai banyaknya Penulis yang menjual/menerbitkan Bukunya secara Pribadi tanpa melewati Percetakan dari penerbit-penerbit yang lebih dulu menggeluti dunia literasi.

Sekian kak, terima kasih πŸ™πŸ»
Jawaban
Masalah bacaan, sebenernya kembali kediri kita sendiri, mungkin itu hak sendiri. Ga bisa ngelarang. Khusus banget utk diri sendiri. Tapi kita sebagai remaja banyak menyaring buku bacaan romans yg mengarahkan ke arah buruk, atau menceritakan hal2 buruk. Kita baca hal2 positi berkaitan dengan keislaman atau pengetahuan.

Untuk masalah penerbitan, sebenernya kalau masalah ini pembacanya aja harus jeli dengan isi buku itu, bermanfaat atau ngga bacaanya. Selagi hal itu membawa hal yg positif, tidak apa2, Teh. Karna banyak orang yg mencetak buku sendiri dengan niatan dakwah.

Tanggapan 
Mmm begitu ya kak.. kak kalo mengikuti gaya tulisan orang lain itu boleh kah?
Jawaban atas tanggapan
Menulis akan nyaman dan lebih mengalir ketika kita jadi diri sendiri. Lebih baik menulis dengan gaya yang mampu mencerminkan dan mengembangkan karakter kita ketimbang mengejar kemegahan tulisan yang bukan kita.

Tidak ada salah dan benar dalam memilih gaya menulis. Setiap penulis memiliki gaya menulis masing-masing yang mungkin berbeda dengan yang lain. Menulis dengan gaya yang bukan kita akan menjadikan tulisan terdengar tidak asli, sumbang, dan kurang maksimal dalam berbunyi. Dalam sebuah artikelnya, Jeff Groin menyebut beberapa latihan yang bisa kita coba untuk menemukan gaya menulis milik kita sendiri.

(a) Gambarkan dirimu secara jujur dalam tiga kata sifat, maka seperti itulah yg mendekati gaya menulismu. Misal: lucu, riang, santai.
(b) Bayangkan secara detail bagaimana sifat pembaca karya-karyamu, apa yang kita tulis biasanya terpengaruh oleh siapa yg akan membacanya.
(c) Pikirkan dengan baik 5 buku yang ingin kau baca saat ini juga. Apa yang kita baca seringkali mempengaruhi bagaimana kita menulis.
(d) Tanyalah kepada teman dekatmu: “Seperti apa gaya bicaraku? Bagaimana sifatku menurutnya?” Minta dia untuk jujur apa adanya. Seringkali, kita membutuhkan orang lain untuk bisa menilai diri kita sendiri secara lebih jujur. Dengan mengetahui dan mau jujur tentang bagaimana karakter asli kita, maka kita akan lebih mudah dalam menemukan gaya menulis kita.

Sekian #SeninMenulis hari ini, semoga bisa membantu kalian menemukan gaya menulis yang paling tepat. Karena kita adalah yang kita baca. Kita adalah bagaimana kita menulis.

“Menulis dengan gaya yang tepat akan membuat tulisan menjadi lebih bertenaga.” (David Wright)
Pertanyaan
Nama : Tini Rohayatini
Pertanyaan
Saya lebih senang menulis tentang keadaan  atau kejadian yang real dan pengalaman - pengalaman pribadi, dan saya kemas dengan bahasa tidak baku dan lazim sehari-hari, apakah ada kode etik khusus dalam seni menulis?
TerimakasihπŸ™
Jawaban
Ya. Teh. Biasanya saya pernah baca buku ada juga dalam bahas2nya yg gaul. Lolos atau tdknya buku di penerbit tergantung unik atau tdknya cerita tersebut.

Pertanyaan
Assalamualaikum
Maaf izin bertanya dan maaf kalau misalkn tak nyambung dengan di pertanyaannya....nama saya U. Syamsudn
Karena menulis itu kbutuhan bagaimna cara memunculkan sebuah gagasan atau ide  dituangkan dalam bentuk tulisan terkadang kita sudh mngkonsepnya kmudian ketika mau mnulis ska lupa apa yang harus tulis dan selalu timbul rasa khawatir tentang sistematika penulisan dan kebahasaan.
Jawaban
Langsung tanyakan sama ahlinya atau teman yg jadi editor biasanya dia bisa ngeritik dan memberikan saran tulisa. Setelah di kritik jangan nyerah ya, nulis lagi...
Pertanyaan
Nama saya Diki_zidney

Maaf ada beberapa pertanyaan semoga mendapatkan jawaban dan maaf jika ada pertanyaan yang berulang sudah dipertanyakan.

1.  Dari mana kita bisa mendapatkan ide, inspirasi dan ilham untuk tulisan kita yang lebih bermutu dan menarik?
2. Bagaimana cara menumbuhkan  semangat untuk tetap konsisten menulis ?
3.Bagaimana caranya agar kita tetap konsisten dengan satu cerita hingga tamat?  Bagaimana menurut anda cara membuat plot yang tidak mudah ditebak?
4. Bagaimana penggunaan diksi yang benar dalam membuat cerita, baik itu cerpen ataupun novel?
5. Bagaimana membuat cerita lebih hidup?
6. Bagamana cara agar percaya diri dengan tulisan kita sendiri? Dan juga orang2 (atau pengunjung blog) yg membaca betah dan senang selalu menanti2 tulisan kita?

Jawaban 
1. Banyak baca buku yang menekankan pengarangnya menggunakan kata-kata yang jarang kita temui kang. Itu sangat bermutu dan menarik. Seperti karangan @emaainunnadjib @nurcholismajid dan yang lagi trend sekarang @ekakurniawan
2. Niatkan bahwa dalam satu hari minimal menulis, entah tulisan apapun. Danbersumberkan KBBI juga sesuai EYD
3. Plot, karangan yang susah ditebak itu karena kita tidak / belum terbiasa membaca. Plot biasanya dihadirkan oleh penulis bunda asma nadia (sepaham saya)
4. (-)
5. Menulis saat dalam keadaan Sunyi kang, biasanya itu lebih menJudge diri kita agar tetap Fokus dan menjiwai pemikiran2 kita.
6. Kalau PD itu mudah kang, sering aja nge-Posting tulisan-tulisannya di Sosmed. Nggak papa dikatakan Spam, so'puitis, atau Alay. Itukan hak kita.
Kalau masalah orang lain biar betah sama tulisan kita, dibiasakan membuat Tulisan yang sesuai keadaan yang kita alami. Semisal ramainya Covid, nggak harus serius juga tulisannya. Bisa sebuah lawakan atau cerbung. Yang didalamnya ada pembahsan Covid yang sedang ramai.
Ke-1, bisa dimulai dari diri sendiri atau cerita orang terdekat

Ke-2 Dekati temen2 yg banyak karyanya dan ikuti pelatihan menulis, jangan lupa baca buku.

ke-3 Buat kerangka tulisan dan  terus temukan pengetahuan. Untuk membuat plot baca deh buku Pak Isya Alamsyah Suaminya Mba Asma Nadia

Ke-5 dan ke-4  dan ke-6 nanti bisa ditanyakan ke Kang agie, saya sendiri lebih suka baca karya Pak Isya Alamsyah suami Mba Asma

Ke-7  Coba deh minta koreksi sama orang2 yg suka nulis di blog atau editor. Supaya temen2 betah cari tulisan yg lagi ngetren di hari ini.

Mungkin itu aja, Mohon maaf jika ada kekurangan. Salam Pena.
Semoga teman2 semakin hebat dan selalu berkarya...