Review Pena Kampus 2020 (3 Mei 2020) Teknis Menulis Cerpen dan 101 Dosa Penulis Pemula

Kawan-kawan pernahkah kita berbuat dosa terhadap sesuatu? tentu saja sejak zaman Nabi Adam hingga nanti manusia terakhir di muka bumi ini, tidak akan luput dari perbuatan dosa. Begitu juga, dengan penulis-penulis pemula macam kita ini, banyak sekali kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa yang kita perbuat sebagai penulis. Tidak apa-apa itu wajara saja menurutku, akan tetapi ketika kita sudah tahu itu dosa alangkah lebih baiknya kita memperbaikinya. 

Emang apa saja, dosa-dosa yang diperbuat oleh penulis pemula? Nah, hal tersebut ada sangkut pautnya dengan kegiatan kita di Pena Kampus 2020. Kita akan mereview sebuah materi yang sangat menarik sakali untuk kita simak. Sementara, pemateri masa sama seperti materi sebelumnya yaitu Kang Agi Eka Arli. Seperti apa materinya, yukkk.. kita lanjutkan membacanya.



Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum w.w. semuanya 😇
Selamat sore dan selamat bergabung kembali di pekan ketiga ;)

Kali ini topiknya sangat menarik, ya. Mungkin kita akan coba interaktif dan banyak studi kasus.
Karena itu, bagi yang ada buku fiksi (novel atau kumpulan cerpen), boleh coba disiapkan, ya.
Bebas mau indie atau mayor, nanti akan aku coba singgung sedikit setelah sesi pertama.
Jadi, kita mulai pertemuan kali ini dengan pengakuan dosa dulu aja, ya. 🙈 Dulu, waktu pertama kali aku ngebaca buku "101 Dosa Penulis Pemula", aku kayak ditampar habis-habisan sama beliau. Pas nengok karya yang aku tulis, rasanya pengin dicoret-coret, dirobek, bahkan dibakar sekalian. Saking ngerasa jeleknya karya itu.

Kupikir, mumpung kita sekarang di sini lagi sama2 belajar, semoga teman2 tidak perlu meniru kekesalanku saat itu, ya :) Mumpung belum dipublikasikan juga cerpen2nya, maka sekaranglah saatnya buat coba memoles supaya lebih baik di hadapan pembaca :) Nah, siap2, ya. Aku kasih spoiler dulu untuk dosa2 yang disebut sama Pak Isa dalam bukunya.

(Disini pemateri membagikan photo tentang daftar isi buku 101 Dosa Penulis Pemula maaf ya ngak di upload disini, tapi kalo penasaran dengan bukunya bisa membelinya di flatform toko-toko online)

Btw, Pak Isa itu adalah suami dari Asma Nadia. Beliau yang jadi editor pertama karya2 Mbak Asma sampai sekarang bisa seperti yang kita kenal. Aku saranin, sih, buat teman2 nanti belajar lebih dalam soal kepenulisan lewat buku ini, ya.Khususnya ketika selfediting, 101 poin yang ditulis beliau insya Allah udah cukup untuk membuat kita bercermin :)
Untuk sore ini, aku mau fokus bahas teknik ke beberapa bagian yang langsung bisa kita aplikasikan aja, ya. Mungkin belum mencakup semua, tapi semoga bisa sedikit mewakili. Yang pertama, ada teknik untuk menulis prosa yang disebut Show Not Tell. Show artinya menunjukkan Tell, maksudnya memberitahu

contoh sederhananya.
Tell: Kang Sule itu orang baik.

Itu adalah kalimat tell, sekadar memberitahu bahwa Sule orang baik. Namun, baik di sini adalah baik yang seperti apa?

Karakterisasi Sule yang baik itu sebetulnya masih agak ambigu. Maka dari itu, untuk menunjukkan Sule orang baik, kita bisa aja menggambarkan beberapa adegan.

Misalnya, kita tulis bahwa Sule selalu menjadi orang2 yang telah ngumpulin tugas, memberikan tenggat waktu tambahan, kasih makan buat anak kosan yang kelaparan.

Bentuk-bentuk dari hal yang dilakukan Sule itu lah yang kemudian memberika kita kesimpulan bahwa Sule itu baik. Dan di sanalah, teknik Show ini bermain :)

Kita coba renungkan bab yang ditulis oleh Pak Isa terkait hal ini, ya

Teknik show memang tidak wajib selalu kita pakai. Ada kalanya beberapa hal cukup kita tulis sebagai tell saja. Namun, untuk membuat karakterisasi yang kuat, aku sarankan teman2 memakai teknik ini, ya ;) Lalu, sehubungan dengan teknik ini, aku juga mau kasih beberapa teknik opening supaya enggak membosankan.

Kalau enggak salah, yang paling sering dipakai itu ada empat, deh.
1) Opening Quote
2) Opening Percakapan
3) Opening Adegan
4) Opening Suasana
5) Opening Perkenalan
*ngomong empat, tapi yang ditulis malah lima 😂 Yang kelima bonus, sih. Tapi nanti kita singgung juga, ya.

1) Opening Quotes.
Jelas, sih, ya. Bisa mulai pake kutipan buatan sendiri, atau ngambil dari orang lain.

Misalnya.
"Thomas Alfa Edison berkata, 'Sukses itu 99% kerja keras dan 1% bakat." Sayang, aku tidak percaya terhadap mitos seperti itu."

Lalu tinggal dilanjutin ceritanya.
Kedua, sebetulnya kemarin udah disinggung sedikit. Yakni teknik yang digunakan oleh komunitas Antitesa: 5 Plus 1
Inti dari teknik ini adalah memberikan gambaran deskripsi dan menguatkan narasi dalam tulisan kita.
Ketika kita buat "Orang ini seram." Apakah teman-teman terbayang seramnya seperti apa?

Coba bandingkan ketika kita menambahkan beberapa kalimat pendukung.

"Orang yang baru kutemui ini seram sekali. Matanya berwarna merah menatapku dengan pandangan menusuk. Gigi taringnya menyembul dari sudut bibirnya, sedikit meneteskan liur yang membuatku jijik, sementara aroma napasnya busuk seperti mayat. Membuatku ingin segera beranjak dari tempat ini secepat mungkin."

Kalimat seram di sana aku coba padankan dengan visualisasi (indera penglihatan) berupa mata dan gigi, sementara aroma napas di sana aku coba kaitkan dengan indera penciuman. Pada dasarnya, sih, nyaris setiap narasi yang dibuat penulis pemula itu cuma fokus ke bagian visualisasi.

Makanya, tantangan bagi teman2 adalah coba nanti eksplorasi gaya2 deskripsi dari berbagai indera.

Latihan juga dengan banyak2 baca karya2 kayak Leila S. Chudori, Dee Lestari, dan teman2nya, ya. Karena narasi yang mereka buat itu selalu lengkap dan penuh teknik kepenulisan.
2) Opening Percakapan

Kebayang kah? Biasanya langsung ke obrolan atau sesuatu yang click bait.

📚📚📚📚📚

"Tunggu!"

Andi berkata kepada sesosok bayangan yang selalu mengintainya setiap malam. Sudah seminggu ini dia penasaran akan sosok tersebut. Kali ini, ketika ia berhasil menemuinya, Andi memutuskan untuk tidak melepaskannya lagi.
3) Opening Adegan

Biasanya ada di cerita action atau drama. Jadi sejak kalimat pertama, kita langsung dibawa hanyut ke dalam ceritanya.

📚📚📚📚📚

Lira berlari-lari tak tentu arah. Keringatnya bercucuran, napasnya tersengal, tapi ia tidak bisa berhenti. Tidak, jika ia masih ingin hidup lebih lama lagi.
4) Opening Suasana

Klasiknya, versi dulu kayak ditulis "Matahari bersinar cerah. Angin sepoi berembus, menyapaku dengan sejuknya."

Tapi kalau teman-teman mau, bisa juga dikembangkan lagi untuk menggambarkan hal-hal lainnya.

📚📚📚📚📚

Jam dinding berdentang 12 kali. Para barista mulai sibuk melayani pelanggan yang mulai berdatangan menjelang jam makan siang. Kafe yang hening selama dua jam ini perlahan riuh. Namun, tidak untuk hatiku yang belum juga menemukan perempuan itu.

Sosok wanita yang mencuri perhatianku sejak pertama kali melihatnya.
5) Opening Perkenalan.

Ini tambahan yang baru kepikiran karena melihat ada beberapa cerpen dari teman2 yang nyoba pakai teknik ini. Edisi kasarnya, sih, standar perkenalan anak SD.

"Namaku Agi. Umur 27 tahun dan tinggal di Bandung. Saat ini aku tinggal bersama adikku di Dago. Kegiatan sehari-hariku mengajar, mengais rezeki, dan begitu seterusnya sampai pagi lagi."

Tapi, kalau teman2 bisa mengembangkannya, potensi teknik ini sebetulnya cukup besar.

Dengan catatan, narasinya diperkuat lagi.

📚📚📚📚📚

Ardi terbangun di pagi yang kelima ribu dalam hidupnya. Ia menatap lemari bajunya yang acak-acakan. Beberapa seragam putih biru dan pramuka terecer di sana, seakan tak hendak disentuh oleh pemiliknya.

Ia bangkit dari tempat tidur tanpa merapikannya. Beranjak sejenak ke kamar mandi, mengairi wajahnya yang mulai sembab karena air matanya beranak sungai semalaman di pipinya.

Hari ini tak ada sapaan 'selamat pagi', juga tak ada lagi makanan yang tersedia di balik tudung saji. Semuanya tak sama lagi bagi hidup Ardi, sejak ibunya meninggalkan ia seorang diri.

Agak nyampur dengan opening adegan juga, sih, ya.

Tapi salah satu poin di sana pengin ngenalin karakternya yang masih kecil, baru berumur 13 tahunan, dan udah duduk di bangku SMP. Kupikir pada akhirnya tugas kita adalah terus mencoba dan mengeksplorasi berbagai teknik tersebut supaya semakin terasah. Dan untuk karya teman2 di sini, nanti insya Allah akan aku coba baca satu persatu dan kasih beberapa masukan sebelum dilanjut lagi, yaa :)

Setelah penyampaian materi tersebut, kita diminta untuk memphoto buku-buku fiksi di awal bab, sebagai contoh opening. Diskusi kita mengalir, tetapi untuk penyampaian materi kali ini cukup sampai disini dulu ya. Nanti kita lanjut ke materi terakhir. 


EmoticonEmoticon